Horizon of Habibah

Where the sky meets the earth

Menu
  • About Me
  • Sample Page
  • Sample Page
  • Sitemap
Menu

Kisah Bocah dari Masa Depan (4)

Posted on December 7, 2011 by umihabibah


Sekarang di rumah ini tidak hanya ada Raihan Anggara. Umurku 3 tahun dan baru saja aku mendapatkan adik perempuan yang cantik, namanya Prameswari Aisha. Prameswari artinya permaisuri, istri raja yang anggun mempesona. Aisha adalah nama istri Nabi yang cantik, cerdas, dan berpikiran maju. Nama yang luar biasa, semoga adikku ini dapat menjadi seindah namanya.

Sekarang Ibu jadi sibuk mengurusi Aisha. Aku jadi lebih sering bermain dengan tetangga-tetanggaku. Mereka semua asik-asik dan pintar-pintar. Ada yang lebih tua sedikit dariku, dan dia sering berkata dengan bahasa aneh saat bicara. Kata Ibu itu namanya bahasa Inggris. Pernah aku minta diajari agar bisa mengerti ucapannya, tapi Ibu hanya memberitahu sedikit kata-kata saja. Kata Ibu nanti kalau sudah sekolah Ibu Guru akan mengajariku.

Ibu bilang, kalau di rumah aku bicara bahasa Indonesia saja, atau bahasa Jawa juga tak apa, jangan ikut-ikutan tetangga pakai bahasa Inggris. Kata Ibu sekarang semua orang sok berbahasa asing, tapi melupakan bahasa nasionalnya sendiri. Padahal kalau bukan kita, siapa lagi yang akan memakai bahasa nenek moyang? Teman-teman seusiaku banyak yang lancar bahasa Inggris tapi bahasa Indonesia-nya patah-patah, padahal mereka lahir dan besar di sini. Kasihan…

Menurut Ibu, ini namanya globalisasi kebablasan. Apa itu “globalisasi”? Susah sekali diucapkan. Tak tahulah. Ibu mengoceh saja…Katanya sekarang batas negara hampir tak ada artinya lagi. Orang asing, barang asing, budaya asing semua masuk Indonesia tanpa hambatan. Dulu Ibu masih sempat menikmati gurihnya tahu Kediri dan tempe Sanan yang khas. Tapi sekarang hampir tidak mungkin. Kalaupun ada, harganya selangit. Tempe dan tahu sekarang semua impor dari China! Tak cukup hanya kedelainya saja.

Tak cuma itu. Beras, sayuran, buah, daging, susu, bahkan ikan pun semuanya impor dari negara lain. Padahal kalau dari cerita Ibu, Indonesia itu negara agraris sekaligus negara bahari yang kaya sekali. Banyak gunung berapi sehingga tanahnya subur. Tapi kini banyak tanah yang rusak tak bisa ditanami. Apel Batu saja kini sudah punah. Tanah di Batu kerontang dan mandul, habis teracuni oleh pupuk kimiawi. Sebagai gantinya, apel Fuji yang berjajar di pasar tradisional.

Profesi nelayan sekarang tak ada lagi. Dulu ikan tangkapan masih banyak. Sekarang terumbu karang hancur karena dahulu dibom oleh kapal besar yang serakah menangkap ikan. Laut pinggiran tercemar oleh sampah sehingga ikan tak bisa hidup. Kalau mencari ikan harus agak ke tengah laut, tapi harga bahan bakar mahal, nelayan tak punya modal sehingga mereka gulung tikar.

Duh, apes sekali nasib bangsaku ini. Bangsa yang kaya tapi bodoh dan hanya bisa diperbudak bangsa lain. Tapi kukatakan pada Ibu, aku tak mau jadi budak. Aku mau jadi orang kuat yang bisa berdiri di atas kaki sendiri. Aku akan kerahkan semangat teman-teman seperjuangan, bersatu padu melawan penjajahan baru…

Ups, mungkin 20 atau 30 tahun lagi 😛

Category: Family & Friends, Indonesia

3 thoughts on “Kisah Bocah dari Masa Depan (4)”

  1. helmy says:
    February 5, 2012 at 11:27 am

    ya, isinya bgus
    mmag skrag negara maju hrus dkuasai bhsax agr kta dpat brintraksi,
    cba klau indnesia jdi ngra mju dahdpztiin bhs kta kn dkuasai

  2. Pingback: Becoming a Mother | Horizon of Habibah
  3. lisa says:
    October 9, 2015 at 11:35 am

    Mbak bibah

Comments are closed.

    • Business Management
    • Career
    • Competition
    • Family & Friends
    • Featured
    • God and Religion
    • Indonesia
    • Life's Diary
    • Ma Chung University
    • Progressive Believer
    • Random Thoughts
    • Renungan Ramadhan
    • Travel
    • Uncategorized
    • Works
    • May 2025
    • April 2025
    • May 2024
    • April 2024
    • December 2023
    • November 2023
    • August 2023
    • July 2023
    • June 2023
    • April 2023
    • February 2023
    • January 2023
    • December 2022
    • March 2021
    • August 2020
    • December 2019
    • November 2019
    • September 2019
    • March 2019
    • December 2018
    • October 2018
    • September 2018
    • July 2018
    • May 2018
    • January 2018
    • August 2017
    • April 2016
    • January 2016
    • December 2015
    • November 2015
    • October 2015
    • September 2015
    • August 2015
    • June 2015
    • May 2015
    • April 2015
    • March 2015
    • February 2015
    • January 2015
    • December 2014
    • November 2014
    • September 2014
    • August 2014
    • July 2014
    • June 2014
    • May 2014
    • April 2014
    • March 2014
    • February 2014
    • January 2014
    • December 2013
    • November 2013
    • October 2013
    • September 2013
    • August 2013
    • July 2013
    • June 2013
    • May 2013
    • April 2013
    • January 2013
    • December 2012
    • November 2012
    • October 2012
    • September 2012
    • August 2012
    • July 2012
    • June 2012
    • May 2012
    • April 2012
    • March 2012
    • February 2012
    • January 2012
    • December 2011
    • November 2011
    • October 2011
    • August 2011
    • April 2011
    • February 2011
    • January 2011
    • December 2010
    • November 2010
    • October 2010
    • September 2010
    • August 2010
    • July 2010
    • June 2010
    • April 2010
    • March 2010
    • January 2010
    • October 2009
    • July 2009
    • June 2009
    • May 2009
    • April 2009
    • March 2009
    • February 2009
    • January 2009
    • December 2008
    • November 2008
    • October 2008
    • September 2008
    © 2025 Horizon of Habibah | Powered by Minimalist Blog WordPress Theme