Sepotong mimpi itu seperti sejumput ragi dalam adonan roti. Jumlahnya imut banget, tapi dialah yang membuat roti menjadi roti sebenar-benarnya. Biarpun terigunya kualitas nomor satu, telurnya lembut, susunya gurih, tapi kalo nggak ada ragi, rotinya jadi bantat. Ya begitulah hidup tanpa mimpi, seperti roti tanpa ragi. Kamu boleh saja punya karir cemerlang, harta melimpah, kekuasaan besar…tapi tanpa mimpi, hidupmu bantat. Keras dan kasar.
Mimpi itu aktualisasi diri kan. Kebutuhan manusia yang paling puncak. Mimpi itu yang jadi gairah kamu, batubara di mesin uapmu, yang memacumu untuk terus meraih yang lebih dan lebih.
Dan sekarang, aku kehilangan sejumput ragi itu. Rotiku kempes dan bantat, nggak enak dimakan. Mimpiku ditelan oleh realitas…memaksaku berjalan di jalan yang nggak aku inginkan…
Well, belum terlalu jauh sih.
Aku masih punya kesempatan untuk memperbaiki diri…Mungkin aku harus berhenti sejenak dan merumuskan ulang mimpi-mimpiku…supaya aku nggak harus meninggalkannya tergeletak begitu saja…supaya aku bisa tetap membawanya dalam perjalanan panjang yang akan kumulai…
Kalaupun ia harus tertunda, mungkin tak apa. Suatu saat akan ada waktu yang tepat untuk membuka bungkusan itu, dan menikmati sepotong mimpi yang kusimpan…