Menjadi Ibu. Terasa masih jauh sekali dalam angan-angan. Meskipun setiap kali membuka news feed Facebook, ada saja berita tentang teman yang hamil, teman yang melahirkan, serta foto bayi-bayi mereka. Rasanya sedikit aneh memang, ketika teman yang seumuran dan menghabiskan masa muda menggila bersama, tiba-tiba sekarang sudah harus duduk anteng menimang bayi. Rasanya kayak…hallooo aku masih pencilak’an mblakrak ke mana2 dan kamu tiba2 udah harus nyusuin bayiii…??? It’s like WOW…
Buat saya, menjadi Ibu adalah pencapaian tertinggi dalam hidup seorang perempuan, yang nggak bisa dilakukan begitu saja tanpa persiapan yang matang. Setiap kali menjenguk teman yang habis melahirkan dan melihat bayi mereka, ada suatu gelenyar aneh yang tiba2 muncul di dalam perut. Gak bisa bayangin gimana rasanya perut yang super kecil ini tiba2 diisi seorang anak manusia sebesar itu, yang dikeluarkan lewat lubang sesempit itu. Pasti perjuangan yang beraaattt sekali. Belum lagi setelah melahirkan, menyusui dengan payudara yang sakit dan bengkak, harus bangun tengah malam mengganti popok, dan siap siaga jika bayinya menangis tiba2. Pada saat yang sama, kamu juga harus tetap menunaikan tugas seorang istri; mengurus rumah tangga dan semua kebutuhan suami seperti biasanya. It’s just such a great job of woman…
Tiba2 saya langsung sadar diri. Kamar kos yang berantakan. Barang2 yang sering lupa ditaruh di mana. Hobi gegoleran dan #mager sampe lupa waktu. Mengurus diri sendiri saja belum becus, bagaimana bisa mengurus orang lain?
Pikiran saya pun tiba-tiba juga dipenuhi hal-hal seperti, “biaya melahirkan normal aja sekarang 8 juta…caesar 16 juta…harga susu sekaleng Rp 200ribu cuma buat seminggu…uang pangkal Madrasah favorit itu sekarang 20 juta…biaya les musik dan renang…” Duh luar biasa. Serentetan tanggung jawab yang muncul ketika memiliki seorang anak mendadak berkelebat seperti adegan flashback. 😐
Tapi lebih jauh dari segala tanggung jawab fisik dan finansial itu, saya memikirkan tanggung jawab mental. Sudah pantaskah saya dipanggil Ibu? Pantaskah anak saya mencontoh perilaku saya? Apakah saya sudah cukup capable untuk mendidiknya? Apakah saya layak menjadi teladan baginya? Bagaimana dia bisa belajar dari kesalahan-kesalahan saya? Bagaimana dia bisa tumbuh menjadi manusia yang jauh lebih baik daripada saya?
Ini tanggung jawab yang jauh lebih berat. Sementara saya masih sibuk mencari jati diri, menguatkan jiwa, menegaskan di garis mana saya akan berdiri dan di jalan mana saya akan menempuh perjalanan hidup.
Tapi bagaimanapun beratnya tanggung jawab itu, tentu saja saya sangat ingin menjadi seorang Ibu. It was my biggest dream. Even since few years ago I have already chosen a name for my own children. My son will be named “Rayhan Anggara”, and my daughter will be named “Kirana Aisha”. They will grow up legendary to be a great man and a great woman in their era. And people will ask…who’s their mother? And I couldn’t be prouder than ever…to be a mother of such a great persons like them :’)
Halo Ray, anak lelakiku. Ibu tahu kamu akan menjadi laki-laki yang hebat. Kamu laki-laki yang tidak arogan, tidak kasar, dan tidak mementingkan dirinya sendiri. Kamu adalah laki-laki yang peka. Kamu kuat tapi melindungi. Kamu pandai tapi mengajari. Kamu berkecukupan tapi berbagi. Kamu punya prinsip dan dengan tegas menjalankannya. Karena kamu tahu? Laki-laki tidak dinilai dari hartanya ataupun jabatannya, tetapi dari kekuatan jiwa dan kebesaran hatinya.
Halo Ray, anak lelakiku. Jangan protes jika sekarang Ibu menyuruhmu les renang dan memintamu les musik. Manusia yang memahami kehidupan, adalah manusia yang menikmati seni dan alam bebas. Alam bebas menguatkan jiwamu, dan seni menjadikannya peka. Jiwa yang kuat tetapi peka, itulah yang Ibu harapkan dari seorang laki-laki tangguh sepertimu. Jadi Ray, selagi masih muda berpetuanglah, lakukan apa yang kamu mau, temukan apa yang menjadi renjanamu–Ibu tidak akan melarangmu, selama kamu tetap berpegang teguh pada prinsip hidupmu.
Halo Ray, anak lelakiku. Sangat penting untuk menjadi laki-laki tegas yang berprinsip kuat. Dunia semakin lama semakin berputar dengan cepat. Tidak bisa lagi dipisahkan mana yang salah dan mana yang benar. Kamu harus bergantung pada tali pegangan yang bisa diandalkan, yang tidak akan membuatmu tersesat, yang akan menjadi pijakanmu saat kamu harus memimpin keluargamu kelak. Kamu harus menjadi laki-laki yang berpegang teguh kepada ajaran Tuhan. Karena hanya Dia-lah, satu-satunya tempat yang layak untuk bergantung. Laki-laki diciptakan untuk menjadi pemimpin, Ray, dan yakinlah bahwa kamu akan menjadi pemimpin yang luar biasa dengan Tuhan berada di sisimu.
Halo Rana, anak perempuanku. Ibu tahu kamu akan menjadi perempuan yang mengagumkan. Kamu memiliki segalanya lebih dari seorang peserta kontes ratu kecantikan; beauty, brain, behavior, dan yang terpenting, belief. Ibu akan bilang padamu, nikmatilah masa mudamu. Hang-out lah dengan teman2 sebayamu, ke mall, kafe, menonton konser, berdandan, dan berkencan. Bertengkarlah dengan sahabatmu, patah hatilah dengan kekasihmu, karena di situlah kamu akan belajar untuk menjadi kuat dan dewasa. Asahlah kecerdasan emosimu dan kematangan spiritualmu, agar sebanding dengan kekuatan logikamu. Kamu akan menjadi gadis yang lembut tapi mandiri. Kamu bekerja keras tapi peduli. Kamu mengerti tapi tak banyak bicara. Kamu bisa mengungguli laki-laki, tapi kamu memilih untuk melengkapinya.
Halo Rana, anak perempuanku. Kamu tahu bahwa perempuan tercipta dari tulang rusuk laki-laki. Kamu harus sadar bahwa sehebat-hebatnya kamu, tetaplah hanya sepotong tulang rusuk. Kamu membutuhkan tubuh tempatmu melekat, dan kamu akan mengikuti selalu ke mana tubuhmu itu pergi. Karena itu, pilihlah baik-baik pada tubuh mana kamu akan melekat. Pilihlah tubuh yang akan membawamu ke jalan yang benar, sehingga kamu tidak ikut tersesat. Pilihlah tubuh yang akan memperlakukanmu dengan hati-hati dan terhormat. Sebab itulah keputusan terbesar yang harus diambil perempuan–yang akan menentukan sisa hidupnya kelak.
Halo Rana, anak perempuanku. Akan Ibu pastikan kamu memperoleh apa yang dulu tidak Ibu peroleh. Kamu akan melakukan apa yang Ibu sesali tidak pernah Ibu lakukan sendiri. Kamu akan belajar dari semua kesalahan Ibu. Kamu akan memahami dari semua pengalaman Ibu. Kamu akan menjadi perempuan yang jauh lebih hebat daripada Ibu.
Halo Ray dan Rana, anak-anakku. Kamu tahu Ibu sedang memantaskan diri untuk bisa mendidik kalian menjadi manusia yang luar biasa…
Adidas Piste Working Sneakers maintain the quite fisnet variety for newcomers to be able to professionals. Commencing runners mustn’t get up a routine without having runners that have correct padding for that complete ft ., a comfortable match too as security contrary to the aspects. The dangers concerning operating along with very poor shoes include sprained shins, bruised foot, along with a great deal of numerous other discomfort that may quantity to with regard to weeks. Piste footwear ought to supply extra footing, stronger uppers, along with a a lot more padded single. It truly is quite critical know quite properly what kind of ft you’ve before selecting any boot. If you have flat archways, endeavor jogging sneakers along with action and likewise balance deal with in addition to excellent padding.
Halo Ray..halo Rana..ini calon bapakmu yg komen… 😀
hmmm hihihi 😛