Horizon of Habibah

Where the sky meets the earth

Menu
  • About Me
  • Sample Page
  • Sample Page
  • Sitemap
Menu

Jendela Masa Depan

Posted on September 25, 2019 by umihabibah

This piece has been posted on LinkAja Official Medium Account, check it out here!

 

“Nak, itu namanya uang…”

Si Ibu menatap bocah SD di depannya setengah geli.

“Uang kok kayak gini, Bu?” tukas si bocah yang ternyata bernama Rayhan. “Uang kan yang ada di HP Bu.” Lalu si bocah menyodorkan smartphone-nya. Tampilan layar menunjukkan aplikasi digital payment berlogo merah cerah, bertuliskan “LinkAja”.

“Iyaa itu juga uang Nak. Uang elektronik. Kalau yang iniii………uang kertas namanya.” Si Ibu menunjuk pada lembaran kertas kemerahan bergambar wajah Soekarno-Hatta yang tadi dipertanyakan anaknya.

“Wow, jadi jaman dulu orang kalau jajan pake kertas gini ya Bu? Apa gak sobek ya? Gak lecek gitu? Gak kotor gitu Bu kalau dikasih-kasih ke orang banyak?” Rayhan menyerocos dengan sejuta pertanyaan ala anak kecil.

Si Ibu hanya tertawa. “Jaman dulu uang ya begini semua Nak. Malah ada yang dari logam juga. Kalau ada orang bayar pakai uang elektronik di HP malah yang jualan bingung, takut dikira penipuan.”

“Wah ribet ya Bu orang jaman dulu. Masa ke mana-mana bawa kertas dan logam!” Rayhan tak habis pikir, betapa rempong-nya manusia-manusia “zaman purba” itu.

“Yaa dulu kan ada dompet…”

“Apalagi tuh Bu?”

“Yaa itu tempat nyimpen uang kertas dan logam…”

Si bocah yang hidup di zaman cashless makin melongo mendengar cerita ibunya. “Gak praktis banget ya Bu! Padahal di HP aja kan semua bisa. Gak kuatir jatuh, gak berat pun. Lebih praktis dan aman pula. Bayar semua-mua bisa!”

Si Ibu hanya tertawa mendengar ocehan anaknya. Masih teringat di benaknya sekitar 10 tahun yang lalu, saat ia masih menjadi karyawan di sebuah perusahaan fintech start-up… Betapa sulitnya meyakinkan orang-orang untuk menggunakan uang elektronik. Betapa mereka justru menganggap uang elektronik itu ribet dan sulit. Betapa uang kertas yang kucel, penuh kuman, dan rawan penggelapan masih jadi primadona untuk bayar apa saja.

Padahal, dana yang dikeluarkan untuk mengelola uang kertas/logam bukanlah dana yang sedikit. Perusahaan harus membayar kasir untuk menghitung uang secara manual, harus menyediakan pecahan kembalian, menyiapkan brankas, bahkan menanggung risiko dibobol maling atau dikorupsi karyawan sendiri. Semua itu adalah ongkos yang mahal. Namun saat ditawari menggunakan alat pembayaran cashless yang hanya dikenakan fee administrasi sedikit, para pengusaha itu protesnya setengah mati. Mereka tidak memperhitungkan cost/benefit yang diperoleh, bahwa secuil fee itu tidak sebanding dengan biaya cash handling management yang selama ini mereka tanggung.

 

Karena kesulitan itu lah, pada masa awal pengenalan uang elektronik, para penyedia jasa berlomba-lomba memberikan promo (diskon dan cashback) untuk setiap pembayaran. Tujuannya apa? Tentu saja menarik minat pelanggan untuk mencoba menggunakannya. Tidak heran jika uang elektronik selalu identik dengan promo. “Kalau bayar pakai xxx dapat promo apa ya? Kalau bayar pakai yyy diskon nggak?” Seolah aneh rasanya kalau ada uang elektronik yang tidak promo-oriented. Lama-lama masyarakat jadi memiliki kesan…buat apa pakai uang elektronik kalau gak ada promonya?

Untungnya salah kaprah itu segera diperbaiki dengan kehadiran uang elektronik lintas generasi: LinkAja. Sebelum kehadiran LinkAja, uang elektronik identik dengan anak muda dan orang kota. Uang elektronik identik dengan alat promo saja, bukan alat pembayaran. Uang elektronik identik dengan gaya hidup konsumtif dan foya-foya.

Namun setelah LinkAja hadir di masyarakat, persepsi orang terhadap uang elektronik mulai berubah. Uang elektronik bukan hanya milik anak muda dan orang kota dengan ponsel canggih mereka, tetapi juga milik orang tua dan warga desa yang hanya memiliki ponsel hitam-putih. Karena LinkAja tidak hanya bisa diakses via aplikasi ponsel internet, tetapi juga via USSD yang hanya mengandalkan tombol angka dan jaringan selular.

Dengan LinkAja, uang elektronik bukan hanya alat foya-foya, tetapi alat untuk menyalurkan bantuan pemerintah kepada warga negara yang membutuhkan. Dengan LinkAja, uang elektronik tidak hanya eksis di mall, tetapi juga di pom bensin dan loket kereta. Dengan LinkAja, uang elektronik bukan sekadar jualan diskon, tetapi ekosistem pembayaran yang utuh dan menyeluruh, yang turut meningkatkan perekonomian Indonesia dari Sabang hingga Merauke.

LinkAja telah mengubah wajah Indonesia. Para pedagang dan pengusaha yang dulu anti dengan uang elektronik, kini berlomba-lomba menggunakannya. Para pelanggan yang dulu hanya mengejar promo, kini dengan sukarela memakainya. Perlahan kenangan si Ibu pun kembali ke masa kini, tahun 2029, sepuluh tahun kemudian…ketika uang kertas telah sama sekali menghilang dari peredaran. Bahkan anak lelakinya pun, terheran-heran melihat ‘uang kuno’ yang masih bisa dipegang. Sungguh zaman telah banyak berubah…dan si Ibu tidak dapat menahan kebanggaan dalam dirinya, bahwa ia pun telah turut menjadi bagian dari perubahan itu… 😊

 

***

 

Semarang, 23 September 2019

untuk Rayhan Anggara Senja

 

Category: Career, Works
    • Business Management
    • Career
    • Competition
    • Family & Friends
    • Featured
    • God and Religion
    • Indonesia
    • Life's Diary
    • Ma Chung University
    • Progressive Believer
    • Random Thoughts
    • Renungan Ramadhan
    • Travel
    • Uncategorized
    • Works
    • May 2025
    • April 2025
    • May 2024
    • April 2024
    • December 2023
    • November 2023
    • August 2023
    • July 2023
    • June 2023
    • April 2023
    • February 2023
    • January 2023
    • December 2022
    • March 2021
    • August 2020
    • December 2019
    • November 2019
    • September 2019
    • March 2019
    • December 2018
    • October 2018
    • September 2018
    • July 2018
    • May 2018
    • January 2018
    • August 2017
    • April 2016
    • January 2016
    • December 2015
    • November 2015
    • October 2015
    • September 2015
    • August 2015
    • June 2015
    • May 2015
    • April 2015
    • March 2015
    • February 2015
    • January 2015
    • December 2014
    • November 2014
    • September 2014
    • August 2014
    • July 2014
    • June 2014
    • May 2014
    • April 2014
    • March 2014
    • February 2014
    • January 2014
    • December 2013
    • November 2013
    • October 2013
    • September 2013
    • August 2013
    • July 2013
    • June 2013
    • May 2013
    • April 2013
    • January 2013
    • December 2012
    • November 2012
    • October 2012
    • September 2012
    • August 2012
    • July 2012
    • June 2012
    • May 2012
    • April 2012
    • March 2012
    • February 2012
    • January 2012
    • December 2011
    • November 2011
    • October 2011
    • August 2011
    • April 2011
    • February 2011
    • January 2011
    • December 2010
    • November 2010
    • October 2010
    • September 2010
    • August 2010
    • July 2010
    • June 2010
    • April 2010
    • March 2010
    • January 2010
    • October 2009
    • July 2009
    • June 2009
    • May 2009
    • April 2009
    • March 2009
    • February 2009
    • January 2009
    • December 2008
    • November 2008
    • October 2008
    • September 2008
    © 2025 Horizon of Habibah | Powered by Minimalist Blog WordPress Theme