Horizon of Habibah

Where the sky meets the earth

Menu
  • About Me
  • Sample Page
  • Sample Page
  • Sitemap
Menu

Selamat Datang 2023

Posted on December 30, 2022December 30, 2022 by umihabibah
Selamat Tinggal 2022

Jujur enggak nyangka 2022 bakalan super melelahkan jiwa. Pergi ke berbagai tempat, ketemu bermacam2 orang, bergonta-ganti kerjaan dalam waktu singkat. Belum pernah saya merasakan emosi campur aduk se-intens ini…mungkin sejak si bocil lahir ya. Bagaimanapun, saya senang karena perasaan jungkir balik ini telah membuatku bisa mengurai benang ruwet di dalam diri dan menemukan semangat baru yang telah lama hilang. Saya senang karena untuk pertama kalinya setelah menikah dan punya anak, saya bisa bermimpi lagi. Kali ini mimpiku sendiri, bukan demi suami, anak, atau keluarga…

Selama lima tahun belakangan, saya berusaha hidup sebagaimana ekspektasi masyarakat terhadap seorang istri dan ibu: “mengorbankan” dirinya demi memprioritaskan keluarga. Saya pindah lokasi kerja dari Jakarta ke Semarang-Jogja, berhenti menargetkan prestasi di pekerjaan, juga tidak berupaya meningkatkan professional skills. Yah… gak sepenuhnya ‘berkorban’ sih karena toh itu semua saya lakukan secara sukarela tanpa paksaan siapapun, bahkan suami sendiri. Karena memang sejak dulu hidup berkeluarga adalah salah satu mimpi terbesar saya. Namun yang tidak disadari, ternyata jalan untuk meraih satu mimpi itu diiringi dengan matinya mimpi yang lain. Sungguh tidak menyangka bahwa lima tahun setelah pernikahan, saya ‘terdampar’ sebagai karyawan cungpret biasa, tertinggal dari kawan2 sebaya, dan terjebak di pekerjaan yang tidak disukai.

Tentu saja saya tidak menyesal menikah dan punya anak. Itu hal terbaik yang terjadi di hidup saya. Menjadi istri dan ibu telah mengubah kepribadian saya menjadi jauh lebih matang, membuat lebih dewasa secara emosional, dan meningkatkan ketrampilan bergaul. Tapi jujur, ada perasaan bersalah karena menyerah terlalu dini dalam hal karir. Hidup berkeluarga seharusnya tidak mencegahmu berkembang secara profesional. Itu hanya berarti kamu harus bekerja lebih keras dan lebih cerdas untuk menyeimbangkan karir dan keluarga. Saya mungkin terlalu naif dan terlalu malas untuk memperjuangkan keduanya…

Pernah dengar tentang ‘Law of Attraction’? Bahwa jika kamu benar2 menginginkan sesuatu dan selalu membayangkannya di kepalamu… Semesta akan menangkap ‘sinyal’mu dan mengabulkannya? Sangat sederhana sekaligus sangat mencengangkan. Saya percaya sekali dengan teori ini dan telah menerapkannya sejak kuliah. Beasiswa, studi di luar negeri, pekerjaan, perlombaan, organisasi, bahkan bisnis sampingan. Dulu saya memang seorang gadis ambisius (dan menyebalkan) yang selalu mengejar prestasi.

Namun ternyata, mimpi2 itu benar2 terjadi. Bahkan keinginan yang lebih personal seperti pacar, pernikahan dan anak. Saya menetapkan target umur untuk setiap milestones kehidupan, dan ternyata semua itu betul2 terkabul. Pekerjaan pertama di umur 22, kuliah di UK dengan beasiswa di umur 24, pekerjaan baru di umur 26, menikah di umur 27, dan punya anak di umur 28. Semuanya seolah “klop”… indah pada waktunya, persis seperti yang sudah direncanakan.

Begitu luar biasa dampak ‘Law of Attraction’ yang terjadi di hidup saya…Tapi jujur setelah punya anak, saya sudah tidak menerapkannya lagi. Saya tidak lagi menargetkan milestones seperti dulu. Saya membiarkan semuanya mengalir begitu saja… Karena sadar bahwa Umi tidak lagi seorang diri. Sedikit banyak, suami dan anak memiliki hak atas diriku. Dan yang terpenting, punya anak laki2 adalah mimpi terbesar saya (saat itu). Saya tidak punya keinginan lain selama anakku sehat dan bahagia…

Namun manusia bisa berubah, termasuk saya. Tampaknya keruwetan hidup di 2022 telah meninggalkan bekas luka yang dalam di hati, cukup kuat hingga mengubah cara pandang dan bahkan keinginan saya. Saya tidak lagi menginginkan kehidupan bersama keluarga di kota kecil yang selo. Semarang sudah terasa membosankan…seperti tak ada lagi yang bisa saya lakukan di sini. Jauh di dalam hati, api itu masih menyala. Saya tidak bisa mengabaikan passion sendiri. Saya tidak bisa cuek pada energi meluap-luap untuk mengaktualisasikan diri pada bidang yang disukai. Saya tidak lagi bisa legowo mengerjakan sesuatu yang memprihatinkan hanya demi bertahan di zona nyaman.

Pada 2023, saya akan lebih nekat.

Bagaimana dengan suami dan anak? Suami tahu betapa kecewanya saya dengan kondisi karir sekarang. Dia pun sedang mengejar sebuah mimpi…yang sangat saya dukung. Jujur kami berdua memang bekerja ‘santai’ dan seadanya selama 5 tahun belakangan, terutama karena kami memprioritaskan pengasuhan Rayhan. Perkembangan fisik dan mental balita akan maksimal saat kedua orangtuanya hadir secara penuh, bukan? Sekarang Rayhan sudah jadi bocah 4 tahun yang sehat, lucu dan sangat pintar…tidak sia2 yang telah kami lakukan sebagai orangtua. Mungkin sekarang saatnya kami lebih memperhatikan diri sendiri, tentunya tanpa mengabaikan kebutuhan emosional Rayhan…

Pada akhirnya, beberapa minggu lalu saya telah menuliskan semua keinginan di 2023. Saya membayangkannya sejelas mungkin berulang kali. Saya menyebut-nyebutnya terus pada setiap doa sujud terakhir. Saya percaya ‘Law of Attraction’ akan bekerja kembali. Apapun yang akan terjadi, saya tidak akan menyesalinya. Paling tidak, saya telah berhasil mengambil keputusan dengan tegas, dan itu saja sudah merupakan kemenangan bagi saya…

Versi berbahasa Inggris dari tulisan ini bisa dibaca di sini.

Category: Career, Life's Diary

1 thought on “Selamat Datang 2023”

  1. Pingback: Tiga Puluh Tiga – Horizon of Habibah

Comments are closed.

    • Business Management
    • Career
    • Competition
    • Family & Friends
    • Featured
    • God and Religion
    • Indonesia
    • Life's Diary
    • Ma Chung University
    • Progressive Believer
    • Random Thoughts
    • Renungan Ramadhan
    • Travel
    • Uncategorized
    • Works
    • June 2025
    • May 2025
    • April 2025
    • May 2024
    • April 2024
    • December 2023
    • November 2023
    • August 2023
    • July 2023
    • June 2023
    • April 2023
    • February 2023
    • January 2023
    • December 2022
    • March 2021
    • August 2020
    • December 2019
    • November 2019
    • September 2019
    • March 2019
    • December 2018
    • October 2018
    • September 2018
    • July 2018
    • May 2018
    • January 2018
    • August 2017
    • April 2016
    • January 2016
    • December 2015
    • November 2015
    • October 2015
    • September 2015
    • August 2015
    • June 2015
    • May 2015
    • April 2015
    • March 2015
    • February 2015
    • January 2015
    • December 2014
    • November 2014
    • September 2014
    • August 2014
    • July 2014
    • June 2014
    • May 2014
    • April 2014
    • March 2014
    • February 2014
    • January 2014
    • December 2013
    • November 2013
    • October 2013
    • September 2013
    • August 2013
    • July 2013
    • June 2013
    • May 2013
    • April 2013
    • January 2013
    • December 2012
    • November 2012
    • October 2012
    • September 2012
    • August 2012
    • July 2012
    • June 2012
    • May 2012
    • April 2012
    • March 2012
    • February 2012
    • January 2012
    • December 2011
    • November 2011
    • October 2011
    • August 2011
    • April 2011
    • February 2011
    • January 2011
    • December 2010
    • November 2010
    • October 2010
    • September 2010
    • August 2010
    • July 2010
    • June 2010
    • April 2010
    • March 2010
    • January 2010
    • October 2009
    • July 2009
    • June 2009
    • May 2009
    • April 2009
    • March 2009
    • February 2009
    • January 2009
    • December 2008
    • November 2008
    • October 2008
    • September 2008
    © 2025 Horizon of Habibah | Powered by Minimalist Blog WordPress Theme