Horizon of Habibah

Where the sky meets the earth

Menu
  • About Me
  • Sample Page
  • Sample Page
  • Sitemap
Menu

Candi Singosari, Jejak Dinasti Penguasa Nusantara

Posted on December 31, 2011 by umihabibah

Tau nggak, kalau ada candi di Indonesia yang ternyata belum selesai dibangun? Ya, itulah Candi Singosari. Candi yang merupakan peninggalan Kerajaan Singhasari (1222-1292 M) ini nyatanya adalah sebuah karya yang terbengkalai, alias ditinggalkan saat masih dalam proses pengerjaan.

Masak sih? Padahal candi itu kelihatan utuh kok?

Kalau teman-teman berkunjung ke Candi Singosari, cobalah perhatikan dengan seksama. Seperti candi pada umumnya, dinding Candi Singosari juga dihiasi ornamen ukiran. Namun, ornamen pada candi ini tampak seperti belum selesai. Pada bagian atas candi, ukiran ornamen terlihat detail, rata, dan rapi. Tetapi di bagian bawah candi, ukiran ornamen tampak kasar dan tidak mendetail, menandakan bahwa ornamen tersebut masih setengah jadi. Padahal menurut Wikipedia, candi ini dibangun dengan sistem menumpuk batu andhesit hingga ketinggian tertentu, lalu mengukirnya dari atas baru turun ke bawah. Ukiran di bawah yang masih belum jadi memperkuat dugaan bahwa candi ini sebenarnya belum selesai dibangun. Begitchu…!

Perhatikan perbedaan ornamen candi yang dilingkari

Lantas, apa sebabnya candi ini nggak selesai dibangun? Apa karena dana dari pusat dikorupsi sama pejabat daerahnya? Atau dikemplang sama kontraktor yang menang tender? Jawabannya nggak ada yang pasti. Sejarawan hanya bisa menduga-duga. Konon, candi ini dibangun sebagai tempat pemujaan Dewa Syiwa. Namun, dalam proses pengerjaannya, Kerajaan Singhasari mendadak “gonjang-ganjing”. Kertanegara, raja termasyhur sekaligus raja terakhir Singhasari, tiba-tiba diserang oleh Jayakatwang, raja bawahannya dari Kadiri. Pemberontakan itu sangat tak terduga. Mulanya, Kertanegara mengira Jayakatwang akan menyerang dari arah Utara Kerajaan, sehingga ia mengirim Raden Wijaya, menantunya untuk menghalau serangan tersebut. Nyatanya, serangan dari utara itu hanyalah pancingan agar Istana kosong tanpa penjagaan. Saat itulah, Jayakatwang dan pasukan lainnya menerobos masuk Istana Singhasari dari arah Selatan. Dengan cepat istana pun diserang, Kertanegara dibunuh, dan Kerajaan Singhasari akhirnya runtuh. Tamat deh!

Keruntuhan Singhasari itulah yang diperkirakan menghentikan pengerjaan candi ini. Candi yang belum selesai itu konon dijadikan tempat pendharmaan bagi Kertanegara, sang raja terakhir.

Nah, Candi Singosari adalah tempat kontemplasi yang tepat untuk merenungi sejarah Nusantara dalam bingkai Dinasti Rajasa, dinasti para raja Singhasari dan Majapahit. Kalau teman-teman tertarik, silakan datang saja ke Jalan Kertanegara, Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Letaknya nggak jauh kok dari pusat keramaian, hanya beberapa ratus meter dari Pasar Singosari. Kompleks candi ini bersih dan indah. Kalau masuk kita harus mengisi buku tamu, lalu mengisi “uang kas” seikhlasnya kepada penjaga pos, yaa kira-kira goceng lah.

Sebelum datang ke tempat ini, ada baiknya teman-teman sudah memiliki sedikit pengetahuan tentang sejarah Kerajaan Singhasari dan Majapahit. Kalau sudah “mudheng” ceritanya, rasanya melihat candi ini akan lebih “marem”. Di sini kita bisa menghayati benar kisah-kisah para raja leluhur yang penuh intrik tetapi sungguh menarik. Berikut ini saya paparkan beberapa hasil ngelamun perenungan sejarah saat berwisata ke Candi Singosari…

Ken Dedes, Ibunda para Raja

Di halaman kompleks Candi Singosari, ada arca-arca yang dipajang berjejer lurus dengan pos jaga. Arca-arca tersebut dahulunya ditemukan bersama reruntuhan Candi Singosari pada tahun 1800-an. Sebagian arca diboyong ke Museum Leiden oleh penjajah Belanda tukang nyolong warisan budaya negara lain dan sisanya ditinggalkan di sekeliling candi. Kalau kita perhatikan, salah satu dari arca tersebut ada yang tidak punya kepala alias kepalanya hancur!

Arca itu sebenarnya adalah salah satu dari tiga arca Dewi Prajnaparamita yang telah ditemukan sejarawan. Dua arca ditemukan di Candi Singosari, sedangkan satu arca lagi di Candi Gilang, Tulungagung. Namun, di Candi Singosari hanya arca tanpa kepala yang bisa kita saksikan sekarang. Lantas, di mana arca Prajnaparamita satunya—yang masih utuh, cantik, nan anggun???

Usut punya usut, arca itu ternyata dahulu juga ikut diboyong ke Museum Leiden, Belanda. Untungnya, pada 1978 akhirnya Pemerintah Belanda mau mengembalikan arca tersebut dan kini disimpan di Museum Nasional Jakarta. Fyuhhh…

Emangnya apa sih istimewanya arca itu?

Arca Prajnaparamita tanpa kepala

Oleh para sejarawan, arca Dewi Prajnaparamita ini diyakini sebagai perwujudan dari Ken Dedes, permaisuri Ken Arok yang merupakan pendiri Dinasti Rajasa. Dalam kitab Pararaton, diceritakan bahwa Ken Dedes adalah seorang nareswari, perempuan istimewa yang ditakdirkan menjadi “ibu para raja”. Lelaki manapun yang menikahinya akan menjadi seorang raja. Tanda-tandanya adalah, dari “daerah kewanitaannya” memancarkan cahaya yang terang benderang. (nah lho…! hebring banget tuh! :D)

Oleh karena itulah, saat tak sengaja melihat kain Ken Dedes tersingkap di Taman Boboji, Ken Arok langsung berhasrat ingin menikahinya karena melihat “sinar” tersebut. Padahal, saat itu Arok telah memiliki istri bernama Ken Umang. Namun ambisi Arok menjadi seorang raja membuat dia memaksa ingin menikahi Dedes dan menjadikannya permaisuri—meskipun saat itu Dedes telah bersuamikan Tunggul Ametung.

Alhasil, pada suatu malam Arok pun membunuh Tunggul Ametung di tempat tidurnya dengan keris Mpu Gandring, disaksikan oleh Dedes yang saat itu tidur di samping suaminya. Arok pun menjadi penguasa Tumapel dan menikahi Dedes. Selanjutnya, ia menaklukkan Raja Kertajaya dari Kadiri, lalu mendirikan Kerajaan Singhasari. Di kemudian hari, ramalan Dedes sebagai perempuan nareswari ternyata terbukti. Raja-raja Singhasari dan Majapahit semuanya adalah keturunan langsung dari rahim Ken Dedes, baik hasil pernikahannya dengan Tunggul Ametung maupun dengan Ken Arok. Keturunan Ken Arok dengan istrinya yang lain justru tidak bertahan lama menjadi raja.

Keberadaan Ken Dedes menjadikan Dinasti Rajasa terasa istimewa. Dinasti kerajaan terbesar di Nusantara itu ternyata berpangkal pada seorang perempuan, bukan seorang laki-laki. Ken Dedes mengejawantahkan peran utama seorang perempuan sebagai ibu. Melalui Ken Dedes kita dapat melihat bahwa generasi yang istimewa, terlahir dari seorang ibu yang istimewa.

Raden Wijaya, Pejuang yang Bertahan Hidup

Buah Maja di kompleks Candi Singosari

Di dalam kompleks Candi Singosari ditanam beberapa batang pohon Maja dengan buahnya yang bergelantungan lebat. Buah Maja bentuknya bulat besar seukuran jeruk Bali, tapi sangat pahit jika dimakan. Buah inilah yang ditemukan oleh Raden Wijaya, seorang survivor bangsawan Singhasari yang lolos dari penyerbuan Jayakatwang, saat dia membuka daerah baru di suatu hutan.

Bagaimana kisahnya Raden Wijaya bisa selamat dari keruntuhan Singhasari? Alkisah saat Istana Singhasari diserbu Jayakatwang pada 1292, Raden Wijaya dan pasukan Singhasari sedang bertempur di Utara Kerajaan. Ketika ia kembali, Istana Singhasari telah hancur lebur dan Kertanegara sudah dibunuh. Raden Wijaya pun melarikan diri bersama keempat putri Kertanegara, lalu meminta perlindungan kepada Arya Wiraraja, penguasa Sumenep, Madura.

Dengan bantuan Arya Wiraraja, Raden Wijaya berpura-pura menyerah kepada Jayakatwang, lalu memohon untuk diberikan sebidang tanah di Hutan Tarik, sebelah timur Kadiri. Di hutan inilah ia kemudian membangun sebuah desa bernama Majapahit, diambil dari nama pohon Maja berbuah pahit yang banyak terdapat di hutan itu.

Tak dinyana, tak diduga, ndilalah tak sampai setahun kemudian, pada 1293 Kerajaan Mongol mengerahkan 20.000 pasukan dan 1.000 kapal untuk menyerang Kertanegara dan Kerajaan Singhasari. Mereka merasa terhina atas sikap Kertanegara dahulu yang tidak mau tunduk kepada Raja Kubilai Khan dari Mongol, sehingga memutuskan menyerang Singhasari. Namun sesampainya di Jawa, pasukan Mongol mendapat kabar “ngglethek” bahwa Kertanegara ternyata telah tewas dan Singhasari kini dikuasai Jayakatwang.

Tapi kedatangan pasukan Mongol ini berhasil dimanfaatkan dengan cerdik oleh Raden Wijaya. Dia bergabung dengan pasukan Mongol dan membantu mereka menyerang Jayakatwang. Pasukan Mongol sih oke-oke saja karena merasa terbantu dengan dukungan “orang dalam”. Setelah Jayakatwang kalah dalam pertempuran besar itu, pasukan Mongol pun berpesta pora.

Tak disangka, sebulan kemudian Raden Wijaya ganti memberontak dan menyerang pasukan Mongol. Saat itu Raden Wijaya dikawal 200 prajurit Mongol menuju Majapahit untuk mempersiapkan persembahan kepada Kubilai Khan. Namun di tengah perjalanan apa yang terjadi? Raden Wijaya dan para prajuritnya justru berbalik membunuh pasukan Mongol tersebut. Wow! Lalu dengan pasukan yang lebih besar, Raden Wijaya memukul mundur seluruh pasukan Mongol yang ada di Jawa, dan memaksa mereka kembali ke negaranya. Kapok koen!

Setelah itu Raden Wijaya pun resmi mendirikan kerajaan baru bernama Majapahit dan menjadi rajanya yang pertama bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardana. Hebat kan? Kalau kita cermati, berdirinya Majapahit itu berlangsung hanya sekitar setahun setelah runtuhnya Singhasari. Kebangkitan Dinasti Rajasa yang sangat cepat itu tidak lepas dari taktik Raden Wijaya yang sangat lihai. Melalui sosoknya, kita dapat melihat bahwa untuk bangkit dari kehancuran, dibutuhkan pejuang yang tangguh dan cerdik seperti Raden Wijaya, tidak putus asa dan mampu bertahan hidup!

***

Silsilah Dinasti Rajasa

Demikianlah selarik kisah tentang Kerajaan Singhasari dan Majapahit, yang direfleksikan melalui kontemplasi di Candi Singosari. Sebagai jejak peninggalan Dinasti Rajasa, pesona Candi Singosari sungguh menawan. Kisah mengenai dinasti penguasa Nusantara ini banyak termaktub dalam kitab kuno, prasasti, dan catatan kerajaan lain di luar negeri. Kedua kerajaan yang mereka dirikan (Singhasari dan Majapahit) memang termasyhur di kalangan sejarawan mancanegara. Kitab Nagarakretagama yang merupakan sumber utama kisah Dinasti Rajasa bahkan diterjemahkan oleh sejarawan Belanda, Dr Pigeaud. Banyak tulisan-tulisan Barat menceritakan tentang Ken Arok dan Ken Dedes. Karena itu, sering pula para wisatawan asing berkunjung ke Candi Singosari.

Sebagai putra Indonesia, kita juga harus memahami sejarah bangsa sendiri. Dengan mengunjungi objek wisata sejarah seperti Candi Singosari, ternyata banyak sekali ilmu yang didapat. Ingat, jejak sejarah akan selalu berulang. Intrik politik yang kita lihat pada zaman sekarang, sesungguhnya telah ada sejak zaman kerajaan dahulu kala. Hasut menghasut dan bunuh membunuh seperti sudah menjadi lakon manusia yang telah dirasuki nafsu kekuasaan. Kerajaan Singhasari yang didirikan dengan pertumpahan darah, berakhir pula dengan pertumpahan darah. Namun dari kekalahan dan keruntuhan itu, ternyata masih ada pejuang yang bisa bertahan, tidak putus asa melanjutkan perjuangan. Kerajaan baru pun tumbuh berkembang lagi menjadi kerajaan yang jauh lebih besar daripada sebelumnya.

Karena itu, seperti kata Bung Karno, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Dengan mempelajari sejarah, kita akan lebih mengenal dan menyadari siapa diri kita sebenarnya. Karena pemahaman yang dalam akan masa lalu, membuat kita lebih berhati-hati sebelum melangkah di masa depan… 🙂

Category: Competition, Indonesia

17 thoughts on “Candi Singosari, Jejak Dinasti Penguasa Nusantara”

  1. yenikunkun says:
    January 2, 2012 at 10:26 pm

    wahhhh …. mangstab umi, sepertinya suka sejarah ya?!
    salam kenal dari aku ya

  2. uMy says:
    January 4, 2012 at 8:15 am

    iya suka mbak tapi cuma sejarah yang seru2 aja…hahaha
    salam kenal juga mbak yeni… 😀

  3. richard says:
    January 4, 2012 at 9:03 am

    Wah bagus tulisannya, ga nyangka klo critanya bisa asik dan seru sekali kayak gitu..padahal dulu pas sd dapat pelajaran tentang ini kayak biasa aja. wkwk

    Jadi penasaran pingin datang liat-liat langsung candi singosarinya..

    1. uMy says:
      January 5, 2012 at 4:44 pm

      iya…makanya dateng yuukk..deket kok candinya 😉

  4. iwan sumantri says:
    January 4, 2012 at 6:58 pm

    Mantap tulisannya…..sukses buat semuanya!
    Salam kenal dari One SM
    http://iwansmtri.blogspot.com/2011/12/ada-ilmu-matematika-di-obyek-wisata.html

    1. uMy says:
      January 5, 2012 at 4:46 pm

      makasih…salam kenal juga 🙂

  5. resibhisma says:
    January 6, 2012 at 7:33 pm

    Hallooo pakabar mbak, lama ngga ketemu ya, ketemunya di lomba blog ini hehe… Bagus banget detil tulisannya, moga2 juara ya ! Udah wisuda to? Kalau lupa silakan buka krepektempe saja, disitu ya ada foto anda kok hehe…aufwiedersehen !! ( masi suka kontak dg Muti dan Arlingga? )

    1. uMy says:
      January 6, 2012 at 9:21 pm

      bu titiek…..!!!! ya ampun lama banget gak ketemu…gak nyangka ibu bisa sampe nyasar ke blog saya…hehe
      belum wisuda bu, lagi PKL sambil nyicil skripsi..
      iya tempo hari ketemu arlingga di kampus..mas arlingga sama mbak muti sekarang kerja di jakarta, hebat2 mrk skrg bu, mbak muti kerja di World Bank
      ternyata foto kita masih nampang di blog ibu… duh maluuuuuuu masih cupu :S
      sukses juga buat lombanya ya bu… =D

  6. zoevarjo says:
    March 3, 2012 at 10:27 pm

    mg dpt menginspirasi bg smua…..
    salam 1 jiwa…..AREMANIA….

    1. uMy says:
      March 5, 2012 at 1:44 am

      amiiiinnn..makasih udah mampir…salam aremania!

  7. zaki says:
    January 3, 2013 at 8:20 pm

    bagus sih sejarah nya, tapi kurang lengkap

    1. uMy says:
      May 27, 2013 at 7:24 pm

      yang lebih lengkap ada di ensiklopedia sejarah dek 😉

  8. hanifa says:
    May 27, 2013 at 4:34 am

    Pas SD paling suka pelajaran sejarah pas kerajaan-kerajaan gini. Tulisannya seru mbak!

    1. uMy says:
      May 27, 2013 at 7:25 pm

      blogmu juga seru dek! serius, I like your writing style 🙂

  9. Pingback: Museum Malang Tempo Doeloe | Horizon of Habibah
  10. yudi says:
    October 17, 2014 at 9:32 pm

    jadi singosari di bangun bukan pada waktu jaman kerajaan singosari tp wkt kerajaan majapahit atas inisiatif gajah mada yg ingin menghormati raja kertanegara gt..krn wkt di temukan candi singosari di pelataran candi di temukan juga prasasti gajah mada yg di mana di tulis klo candi di bangun untuk menghormati raja kertanegara oleh dia gajah mada.skrg prastinya di simpan di museum indonesia di jakarta

  11. yudi says:
    October 17, 2014 at 9:33 pm

    candi singosari di bangun bukan pada waktu jaman kerajaan singosari tp wkt kerajaan majapahit atas inisiatif gajah mada yg ingin menghormati raja kertanegara gt..krn wkt di temukan candi singosari di pelataran candi di temukan juga prasasti gajah mada yg di mana di tulis klo candi di bangun untuk menghormati raja kertanegara oleh dia gajah mada.skrg prastinya di simpan di museum indonesia di jakarta

Comments are closed.

    • Business Management
    • Career
    • Competition
    • Family & Friends
    • Featured
    • God and Religion
    • Indonesia
    • Life's Diary
    • Ma Chung University
    • Progressive Believer
    • Random Thoughts
    • Renungan Ramadhan
    • Travel
    • Uncategorized
    • Works
    • June 2025
    • May 2025
    • April 2025
    • May 2024
    • April 2024
    • December 2023
    • November 2023
    • August 2023
    • July 2023
    • June 2023
    • April 2023
    • February 2023
    • January 2023
    • December 2022
    • March 2021
    • August 2020
    • December 2019
    • November 2019
    • September 2019
    • March 2019
    • December 2018
    • October 2018
    • September 2018
    • July 2018
    • May 2018
    • January 2018
    • August 2017
    • April 2016
    • January 2016
    • December 2015
    • November 2015
    • October 2015
    • September 2015
    • August 2015
    • June 2015
    • May 2015
    • April 2015
    • March 2015
    • February 2015
    • January 2015
    • December 2014
    • November 2014
    • September 2014
    • August 2014
    • July 2014
    • June 2014
    • May 2014
    • April 2014
    • March 2014
    • February 2014
    • January 2014
    • December 2013
    • November 2013
    • October 2013
    • September 2013
    • August 2013
    • July 2013
    • June 2013
    • May 2013
    • April 2013
    • January 2013
    • December 2012
    • November 2012
    • October 2012
    • September 2012
    • August 2012
    • July 2012
    • June 2012
    • May 2012
    • April 2012
    • March 2012
    • February 2012
    • January 2012
    • December 2011
    • November 2011
    • October 2011
    • August 2011
    • April 2011
    • February 2011
    • January 2011
    • December 2010
    • November 2010
    • October 2010
    • September 2010
    • August 2010
    • July 2010
    • June 2010
    • April 2010
    • March 2010
    • January 2010
    • October 2009
    • July 2009
    • June 2009
    • May 2009
    • April 2009
    • March 2009
    • February 2009
    • January 2009
    • December 2008
    • November 2008
    • October 2008
    • September 2008
    © 2025 Horizon of Habibah | Powered by Minimalist Blog WordPress Theme