Kampanye hemat air sering sekali dikumandangkan beberapa tahun belakangan, apalagi sejak PBB menetapkan tanggal 22 Maret sebagai Hari Air Sedunia. Sebagian orang mungkin bertanya-tanya, mengapa air harus dihemat? Padahal air itu kan nggak bisa habis? Buktinya ada siklus H2O di bumi, air dari hujan akan diserap tanah lalu mengalir sampai ke laut lalu menguap menjadi awan lalu turun lagi sebagai hujan dan seterusnya. Jadi air nggak bisa habis kan?
Yap, air memang nggak bisa habis, tapi AIR BERSIH bisa. Yang dimaksud air bersih adalah air (tawar) yang layak digunakan untuk keperluan manusia, mulai dari minum, mandi, mencuci, dsb. Meskipun 70% permukaan bumi tertutupi air, namun dari jumlah tersebut 97,5% merupakan air laut dan hanya 2,5% yang merupakan air tawar. Air laut tentunya tidak layak dikonsumsi karena kadar garamnya tinggi. Untuk mengubahnya menjadi air tawar diperlukan proses desalinasi yang mahal.
Padahal dari persentase 2,5% air tawar yang ada di bumi, sejumlah 69% air tersimpan di glester kutub dan 30% merupakan air tanah, keduanya sulit diakses manusia. Hanya 1% sisanya yang berupa air permukaan (sungai, danau dan rawa). Bayangkan, itu artinya air bersih yang bisa diakses manusia dengan mudah HANYA SATU PERSEN dari total cadangan air di bumi! Dan jumlah tersebut masih harus dibagi lagi kepada 6 milyar penduduk bumi. Kalau tahu begini, apa masih layak kita katakan tidak perlu menghemat air?
Jumlah air yang sedikit itu ternyata belum juga diimbangi oleh kesadaran manusia untuk melestarikannya. Menurut Media Indonesia (2010), dari 60 sungai besar di Indonesia, sebanyak 30 sungai di antaranya berstatus amat sangat tercemar. Mayoritas sungai tercemar itu berada di Pulau Jawa karena banyaknya limbah pemukiman dan industri. Sungai yang sudah tercemar tentunya tak lagi layak dikonsumsi, bahkan dijadikan air baku PDAM pun tak bisa. Semakin banyak sungai yang tercemar, itu artinya semakin sedikit sumber air tersisa untuk umat manusia.

Kesadaran dunia akan pentingnya penghematan air ini diwujudkan secara serius. Di Jepang, kita tidak hanya membayar untuk mendapatkan air, tetapi juga untuk MEMBUANG AIR. Bayangkan, membuang air saja bayar lho! :-O
Ini kisah dari salah seorang dosen saya yang sedang menempuh studi di sana. Ternyata setiap tetes air yang dialirkan ke pipa pembuangan juga dikenai biaya. Artinya pemerintah di sana secara tidak langsung ‘memaksa’ warganya untuk menghemat air. Makanya air bekas pakai biasanya tidak langsung dibuang, tapi bisa dibuat menyiram tanaman. Nggak heran juga orang Jepang lebih suka mandi di bathtub karena bekas airnya bisa dipakai lagi 😀
Ya, air memang ’emas biru’. Manusia bisa saja hidup beberapa hari tanpa makan tapi TIDAK AKAN BISA hidup tanpa air. Semua orang sudah tahu betapa pentingnya manfaat air bagi kehidupan manusia. Semua orang sebenarnya juga tahu bagaimana cara menghemat air, hanya saja tidak semua orang punya kemauan untuk melakukannya secara konkret. Semuanya harus dimulai dari diri sendiri, karena it’s about us, ini tentang air untuk masa depan kita.
Tulisan ini diikutsertakan pada Kompetisi WEB Kompas MuDA & AQUA yang diselenggarakan oleh Kompas MuDA