Muhammad, sekalipun dia seorang Nabi, ternyata pernah berbuat kesalahan. Kesalahan itu bahkan “terekam†dalam Al-Quran, tepatnya Surat ‘Abasa ayat 1-12.
1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
2. Karena Telah datang seorang buta kepadanya.
3. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
4. Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (tidak memerlukan apa-apa),
6. Maka kamu melayaninya.
7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman).
8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
9. Sedang ia takut kepada (Allah),
10. Maka kamu mengabaikannya.
11. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan,
12. Maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya.
Peristiwa itu terjadi saat Muhammad sedang mendakwahi para pembesar suku Quraisy, lalu datanglah seorang miskin dan buta bernama Ibnu Maktum yang ingin belajar dari beliau. Namun beliau merasa terganggu, sehingga melengos dan memalingkan muka. Barangkali beliau menganggap para pembesar Quraisy itu lebih penting untuk didakwahi daripada orang buta tersebut. Ketika itulah firman Allah datang dan memperingatkan beliau.
Seperti yang dapat kita baca secara gamblang di ayat tersebut, Allah memperingatkan bahwa tidak penting bagaimana kedudukan sosial seseorang, selama ia sangat berniat untuk belajar, maka ia berhak untuk mendapatkan pelajaran tersebut. Ajaran Allah bukan hanya untuk orang kaya nan terhormat, tetapi untuk orang yang bersungguh-sungguh ingin menyucikan diri. Begitu pentingnya Allah menekankan hal ini, sampai2 Beliau memperingatkan sendiri Nabi-nya. Nabi Muhammad, meskipun ayat ini sedikit banyak “mencela†beliau, namun karena ini firman langsung dari Allah, beliau tetap menyampaikan kepada umatnya dan berharap kita tidak melakukan kesalahan yang sama.
(Tafsir ayat lebih jelas dapat dibaca di sini.)
Selain itu, apa yang dapat kita petik dari cuplikan ayat ini?
Allah tampaknya ingin menegaskan bahwa semulia apapun seorang manusia, tetaplah tak ada yang sempurna. Hanya Allah-lah, Tuhan semesta alam, yang Maha Sempurna. Nabi Muhammad pun memiliki ‘dosa’, meskipun itu hanya secuil. Namun di luar itu beliau tetaplah manusia yang mulia, yang meskipun sudah diangkat sebagai kekasih Allah, tetap tak henti bersujud memohon ampun padaNya.
Rasulullah sendiri pernah bersabda, “Manusia adalah tempatnya salah dan lupa.â€
Ketika menciptakan manusia, Allah membekali kita dengan tiga “prosessor†sekaligus: hati nurani, akal, dan hawa nafsu. Karenanya Dia sudah paham sekali akan tingkah polah manusia. Karenanya Dia tak pernah mengharap kita bersih 100% dari dosa, tapi Dia mengharap kita mau bertobat dan memperbaiki dosa kita. Itulah taqwa.
Jadi…nggak perlu berkecil hati karena kita banyak dosa. Allah Maha Mendengar…selama kita mencoba mendekat, Dia pun akan mendekat pada kita…