Sama sekali nggak nyangka, blog “jaman ababil” yang udah taktinggal bertahun-tahun, ternyata masih ada yang komen sampe beberapa hari yang lalu. Terharu aja gitu ngebacanya. Blog yang udah nggak pernah ter-update itu ternyata masih dikunjungi, dibaca, bahkan sampai ditinggali komentar penyemangat.
Di lain waktu saya pernah mengunjungi blog seorang manajer SDM sebuah perusahaan makanan terkemuka di Indonesia. Terkesan banget karena dia sangat jujur, seperti “telanjang” dalam blog pribadinya itu. Padahal saya kira dia tipe wanita karier yang dingin, ternyata dia begitu terbuka soal pengalaman2 hidupnya sebagai perempuan; bagaimana deritanya saat melahirkan anak keduanya, bagaimana perasaannya terhadap suaminya dan mamanya, dll. Dengan baca blog itu, saya seperti membaca dirinya, dan yang terpenting, saya merasa mendapat pelajaran berharga dari apa yang dia tuliskan.
Ketika sedang “menggalau dalam kontemplasi”, pernah juga saya nyasar di blog yang saya lupa apa alamatnya dan siapa namanya, tapi untaian kalimat2nya masih menancap di benak saya sampai sekarang. Gagasan yang dilontarkannya sangat orisinil dan belum pernah saya baca di manapun, suatu pengetahuan segar yang beruntung diarahkan oleh Google pada saya.
Saat itu saya sadar, ternyata begitu mudah untuk memberi inspirasi. Kita nggak perlu jadi motivator atau tokoh terkenal untuk bisa menginspirasi orang. Kita nggak perlu jadi profesor untuk bisa berbagi ilmu. Kita cuma perlu menggerakkan pena (baca: tuts keyboard) dan mulai menulis…
Tulisan dalam dunia maya itu abadi. Meski kita nggak tahu kapan dan di mana, akan ada orang yang merasa terbantu, terinspirasi, dan tercerahkan dengan tulisan yang kita buat. Secara nggak langsung kita udah berbagi, kita udah bersedekah, dengan suatu harta yang nggak akan ada habisnya: ilmu. Menulis adalah sedekah yang tiada pernah putus, karena ilmu yang kita bagi akan terus menular dan menular, membantu dan mencerahkan orang lain, bahkan meskipun hidup kita sudah berakhir.
Jadi, teruslah menulis kawan… 🙂