Horizon of Habibah

Where the sky meets the earth

Menu
  • About Me
  • Sample Page
  • Sample Page
  • Sitemap
Menu

Antara Idealis dan Realistis

Posted on March 12, 2012 by umihabibah
Keseimbangan antara Idealis dan Realistis

Pada masa kuliah ini, saya semakin merasakan bahwa manusia itu terbagi dalam dua kubu oleh sebilah garis imajiner, yaitu kubu idealis dan realistis.

Kubu idealis adalah mereka yang menganggap bahwa dunia ini seharusnya ideal, dan bisa diusahakan untuk mencapai kondisi ideal tersebut. Dunia ini seharusnya aman, tentram, bersih, hijau…kemiskinan bisa diberantas, lingkungan bisa diselamatkan, dan perang bisa dihentikan. Orang-orang idealis biasanya berpikiran mendalam, gemar berdiskusi, dan berusaha untuk mencapai ke-ideal-an dalam melakukan sesuatu. Makanya, orang idealis selalu berusaha untuk melakukan perubahan.

Sebaliknya, kubu realistis menganggap bahwa dunia ini ya…beginilah adanya. Kesempurnaan enggak akan pernah bisa terjadi. Memang sudah seharusnya ada orang jahat, ada perang, ada perusakan lingkungan, ada kemiskinan…semua itu memang dari dulu sudah terjadi dan akan terus terjadi di dunia ini. Orang2 realistis cenderung tidak berusaha melakukan perubahan, yang penting mereka menjalani hidup sesuai kemampuan mereka tanpa melanggar batasan yang ada.

Saya rasa, salah satunya enggak lebih baik dari yang lain.

Sejak SMP sampai SMA, saya menjadi orang yang sangat idealis. Banyak mengkritisi ini dan itu, mengomentari sini dan sana. Lalu saat kuliah, saya memasuki lingkungan yang berbeda, dan mulai merasa memasuki “kehidupan yang sesungguhnya”…

Universitas saya punya pendekatan dan prinsip2 “praktis-realistis” dalam pendidikannya. Maklum, yang bikin kan para kumpulan pengusaha-pebisnis sukses. Dan tanpa bermaksud bias etnis, kebanyakan mahasiswanya berasal dari keturunan Tionghoa. Di sinilah saya belajar sesuatu yang mungkin nggak akan saya dapatkan saat belajar di kampus lain…

Dalam kepanitiaan dan kerja kelompok, prinsip rekan-rekan adalah “langsung kerja”. Ya, pokoknya ada tugas apa, targetnya apa, langsung digarap. Selesai, ada hasilnya. Di BEM, ada proker2 apa, KPI-nya apa, langsung dilaksanakan. Gak usah banyak rapat dan banyak bacot. Nanti kalau sudah selesai baru dievaluasi berdasarkan KPI.

Sebagai perbandingan, beberapa kali saya mengikuti rapat organisasi di universitas negeri, memang lebih banyak “bacot”nya daripada kerjanya. Kalo rapat mbulet banget, adu argumensana-sini, nggak ada solusi yang riil dan aplikatif. Omongannya di awang2 semua, banyak gagasan abstrak dan bakalan susah kalau direalisasikan.

Saya merasakan sebuah perbedaan. Orang idealis, kadangkala, terlalu banyak omong dan tidak segera melakukan apa yang menjadi tugasnya sesungguhnya. Banyak mimpi, banyak gagasan, tapi gak segera dilaksanakan karena menunggu semuanya menjadi sempurna. Sebaliknya, orang realistis gak kebanyakan mikir…apa adanya langsung digarap dan yang penting jadi hasilnya sesuai target.

Kekurangan orang idealis, mereka sibuk berpikir tanpa bertindak nyata. Kekurangan orang realistis, mereka langsung bertindak tanpa didasari pemikiran yang kuat.

Orang realistis kalau ditanyain visi-misi pasti menganggap itu Cuma bullshit…yang penting kerja dan lihat hasilnya. Sayangnya, setiap tindakan mereka jadi terasa seperti “robot”, Cuma asal dilakukan tapi nggak tahu apa makna dan maksud di baliknya, apa pemikiran yang melandasinya. Sedangkan orang idealis kalo disuruh kerja pasti susah…lebih sibuk tebar pesona dengan gagasan2 manisnya yang Cuma di awang-awang. Namanya ide, sebagus apapun gak akan berhasil kalau gak dilaksanakan.

Maka, saya memutuskan untuk mengambil sikap di tengah-tengah.

Ide, gagasan, dan pemikiran itu penting…tapi harus disertai dengan tindakan nyata. Dan sebuah tindakan nyata itu bagus apabila didasari dengan idealism yang kuat, karena ia akan menjadi lebih bermakna. Contoh sederhana: SKRIPSI. Orang realistis kalau mengerjakan skripsi pasti mikirnya yang penting lulus, yang penting selesai, segera sidang dan kompre, lalu dapat gelar sarjana. Orang idealis pasti kepengin mengerjakan skripsi yang berbeda, yang bermakna, bermanfaat buat masyarakat dan gak sekedar lulus… Skripsi orang realistis tentunya akan lebih cepat selesai dan mencapai target, tetapi skripsi mereka hanya akan jadi seonggok kertas tanpa makna yang Cuma mengulang teori2 sebelumnya, tidak memberikan manfaat berarti buat masyarakat atau ilmu pengetahuan. Skripsi orang idealis tentunya akan lebih bermakna dan bermanfaat…tapi itu kalau skripsinya jadi. Masalahnya demi kesempurnaan skripsinya itu mereka malah menunda-nunda untuk mengerjakannya dan akhirnya gak selesai-selesai.

Kesimpulannya, jadilah seimbang. Kalau kamu orang realistis, tambahkanlah sedikit landasan ide/gagasan yang kuat dalam setiap tindakanmu, sehingga hasilnya akan lebih bermakna. Contohnya, kalau kamu ingin jadi pengusaha jangan sekedar untuk cari uang, tapi juga untuk membantu tetangga2mu yang pengangguran. Sisipkanlah sedikit niat untuk mengubah dunia ini menjadi lebih baik…itu akan jauh lebih membahagiakan hatimu. Setiap tindakanmu tidak akan menjadi “kosong”, hidupmu gak akan jadi seperti “robot”.

Kalau kamu orang yang idealis, tambahkanlah niat yang kuat untuk merealisasikan gagasan2 cemerlangmu, supaya kamu gak dibilang “OMDO” (Omong Doang). Sedikit bicara, banyak bertindak. Simpan dulu argumen dan pembelaanmu, tunjukkan dan buktikan dengan karya nyatamu. Itu akan jauh lebih bermakna dan “menohok” orang-orang di sekitarmu.

Ya…memang hidup ini harus seimbang… Orang-orang sukses adalah mereka yang idealis tapi juga realistis dalam mewujudkannya…

Category: Life's Diary

9 thoughts on “Antara Idealis dan Realistis”

  1. alan says:
    April 26, 2012 at 2:45 pm

    izin copas ya… 🙂

    1. uMy says:
      April 27, 2012 at 4:29 pm

      silakan 😀

  2. muhamad aldiansyah says:
    July 15, 2012 at 11:28 am

    ketika baca ini jadi lebih kentara apa yang menjadikan ‘saya’ ini, kadang idealis kadang realistis, tapi memang bagusnya ambil jalan tengah ya, makasih pencerahannya 🙂

    mampir juga ke blog saya disini

    1. uMy says:
      July 17, 2012 at 9:27 pm

      wah masih SMA yaa. semangat terus nge-blog nya! 😉

  3. Aranki says:
    August 11, 2012 at 3:19 pm

    sorang idealis yaa.. hmmm..
    seorang yg mmliki sesutu yg WOW tpi trkdang hnya OMDO krna tdak dpt mrealisasikanya.
    knpa? apa? yg mmbuat ia tdak bsa tuk mrealisasikanya ssuatu yg WOW itu?.
    mngkin dia tdak cukup banyak pngthuan ttng ssutu WOW itu sndri. dan hnya bisa mmbyangkan dlam imajinya klw ssuatu yg WOW itu brupa sprti ni, tnpa tahu cra mmbuatnya/mrncangnya. mngkin dia tdak mmpunya faktor2 pndukung/material. dan mnungkin masib bnyak lagi.

    sbgai sorang idealisme. trkdang syapun harus mnengok realistis.

  4. sok tau says:
    September 27, 2012 at 10:25 pm

    menurut q pengertian idealis adalah sebuah gagasan atau ide, itu juga bisa dibilang suatu perubahan. lihatlah para pemimpin mereka menganut paham apa ? jawab sendiri

    sedangkan REALISTIS adalah sikap yang mengikuti arus (realistis/pasrah)

    jadi mana yang baik untukmu pilih sendiri.

  5. gw says:
    October 15, 2012 at 3:24 pm

    soe hok gie seorang idealis, idealis di batas terjauh, tp ia bertindak, tdk omdo.

  6. dinan says:
    November 14, 2012 at 12:35 am

    orang idealis yang tak bermasalah itu adalah orang yang tidak melupakan realita,
    sedangkan orang realistis yang tak bermasalah itu adalah orang yang memilih sikap yang ideal.

    mohon dikoreksi klo ada yang salah n salam kenal [“_”]

  7. noval says:
    February 22, 2013 at 7:05 pm

    Maaf. Bukan apa-apa. Dari tulisan ini, yang saya tahu setelah membacanya Anda itu tergolong orang realis bukan ya? Dari bahasa, arti, makna tulisan, semua menggambarkan Anda adalah seorang realis.

Comments are closed.

    • Business Management
    • Career
    • Competition
    • Family & Friends
    • Featured
    • God and Religion
    • Indonesia
    • Life's Diary
    • Ma Chung University
    • Progressive Believer
    • Random Thoughts
    • Renungan Ramadhan
    • Travel
    • Uncategorized
    • Works
    • June 2025
    • May 2025
    • April 2025
    • May 2024
    • April 2024
    • December 2023
    • November 2023
    • August 2023
    • July 2023
    • June 2023
    • April 2023
    • February 2023
    • January 2023
    • December 2022
    • March 2021
    • August 2020
    • December 2019
    • November 2019
    • September 2019
    • March 2019
    • December 2018
    • October 2018
    • September 2018
    • July 2018
    • May 2018
    • January 2018
    • August 2017
    • April 2016
    • January 2016
    • December 2015
    • November 2015
    • October 2015
    • September 2015
    • August 2015
    • June 2015
    • May 2015
    • April 2015
    • March 2015
    • February 2015
    • January 2015
    • December 2014
    • November 2014
    • September 2014
    • August 2014
    • July 2014
    • June 2014
    • May 2014
    • April 2014
    • March 2014
    • February 2014
    • January 2014
    • December 2013
    • November 2013
    • October 2013
    • September 2013
    • August 2013
    • July 2013
    • June 2013
    • May 2013
    • April 2013
    • January 2013
    • December 2012
    • November 2012
    • October 2012
    • September 2012
    • August 2012
    • July 2012
    • June 2012
    • May 2012
    • April 2012
    • March 2012
    • February 2012
    • January 2012
    • December 2011
    • November 2011
    • October 2011
    • August 2011
    • April 2011
    • February 2011
    • January 2011
    • December 2010
    • November 2010
    • October 2010
    • September 2010
    • August 2010
    • July 2010
    • June 2010
    • April 2010
    • March 2010
    • January 2010
    • October 2009
    • July 2009
    • June 2009
    • May 2009
    • April 2009
    • March 2009
    • February 2009
    • January 2009
    • December 2008
    • November 2008
    • October 2008
    • September 2008
    © 2025 Horizon of Habibah | Powered by Minimalist Blog WordPress Theme