Cakrawala bukan garis biasa. Di sana tempat bertemunya langit dan bumi, angkasa dan samudera. Di sana kamu bisa melihat betapa langit seolah berbatas, dan bumi seolah bersegi. Cakrawala hanya sebilah garis semu, tapi saat menatapnya terlihat sangat nyata. Dalam seni rupa, di cakrawala lah ujung perspektif bermula.
Cakrawala adalah tujuan hidup saya.
Dalam mengarungi rentang usia manusia, tentu kita menginginkan hidup yang damai dan nyaman. Kedamaian dan kenyamanan itu hanya bisa tercapai jika kita menemukan keseimbangan hidup. Seimbang antara urusan material dan spiritual, antara dunia dan akhirat, antara manusia dan Tuhan. Bukankah realita2 di bumi perlu diimbangi oleh keajaiban2 dari langit? Itu sebabnya kita harus bekerja dan berdoa, bukan salah satunya saja. Kadangkala setelah kita bekerja sekuat tenaga dan pikiran, belum juga ditemukan jalan keluar. Di sinilah kita butuh mukjizat, yang hanya bisa dicapai dengan terus-menerus berdoa. Sebaliknya, kita pun nggak bisa menjadi manusia yang sepenuhnya pasrah pada kehendak takdir, tanpa mau berusaha mengubah kehidupan.
Di dunia modern, di mana manusia sudah semakin canggih, kekuatan Tuhan seringkali dianggap remeh. Banyak orang menjadi agnostis atau atheis, dan dengan bangga mendeklarasikannya. Itu murni hak mereka. Tapi saya percaya, keyakinan pada Tuhan adalah sesuatu yang menguatkan jiwa kita. Kekuatan jiwa–kekuatan spiritual–inilah yang menjadi penyangga hidup kita. Keyakinan ini yang membedakan manusia dari robot–mendorongmu berkarya tidak hanya demi produktivitas dan rutinitas semata, tetapi untuk tujuan yang lebih mulia.
Menjadi orang yang sukses secara duniawi tanpa diimbangi kekuatan spiritual, seperti gelembung sabun yang besar tetapi rapuh. Nggak heran banyak artis2 dan pengusaha sukses yang saat kena musibah hidupnya jadi geje, atau malah meninggal secara tragis (I’ve been talked about this here). Meskipun fisik dan otakmu kuat, nggak banyak yang bisa kamu peroleh dengan jiwa yang kosong.
Demikianlah cakrawala yang saya cari. Sebuah garis pertemuan, sebuah titik keseimbangan. Dan saya yakin hampir semua orang juga menginginkannya: Elizabeth Gilbert mencarinya dalam perjalanan setahun keliling dunia, Piscine Patel menemukannya setelah 227 hari terombang-ambing di tengah samudera, dan kamu pun pasti juga sedang mencarinya sekarang–ya kan?
Manusia akan terus mencari2 dan bertanya2 selama hidup, karena jawaban sesungguhnya baru akan didapatkan saat ajal menjemput. Bukan begitu? Life is asking question, while death is getting the answer…
*Sebuah refleksi di awal tahun 2014*
kita butuh meditasi mbak 😀
betul…meditasinya 5 kali sehari yaa 🙂