Buat para pengguna setia jasa kereta api, mungkin sudah pada tahu kalau sekitar 2 tahun belakangan tampak peningkatan2 fasilitas yang drastis pada sarana angkutan rel ini. Mulai dari kereta yang makin bersih dan tertib, penambahan AC, perubahan tarif, dll. Hal yang paling kentara adalah ditetapkannya sistem tiket boarding pass. Nah loh, keren kan? Naik kereta api goceng aja udah berasa naik pesawat!
Saya bukan pengguna rutin kereta api, tapi cukup sering menggunakan moda transportasi ini, terutama kereta api ekonomi Penataran jurusan Surabaya-Malang-Blitar. Dulu pas jaman SMA dan kuliah, kalo ke Surabaya naik kereta harus selalu was2 karena takut nggak kebagian tempat duduk. Tiket kereta jaman dulu cuma selembar kertas kaku berstempel PT KAI, bentuknya persis kartu domino. Jumlah tiketnya nggak terbatas, bahkan meskipun kereta sudah datang dan siap berangkat, kamu masih bisa beli tiketnya di loket dan langsung ngebut masuk stasiun ngejar kereta (serius).
Nah, bagian paling menguras tenaga pada “masa jahiliyah” dunia perkereta-apian adalah perjuangan mendapat tempat duduk. Karena sistemnya siapa cepat dia dapat, saat kereta datang kita harus menyiapkan fisik dan mental (serius) untuk berdesakan masuk kereta dan berebut mendapatkan kursi. Well, kamu juga bisa mengalami ini kalo naik bis ekonomi sih, tapi somehow di kereta api tuh efek perjuangannya lebih kerasa. Mungkin karena jadwal kereta nggak sesering bis ya, jadi orang2 bener fight supaya gak ketinggalan kereta.
Jadiii, tempat duduk adalah hal yang sangaaattt berharga pada masa itu *tsah*. Kalau apes gak kebagian kursi, yah terpaksa kita berdiri sepanjang jalan. Dan percaya deh, berdiri di kereta ekonomi itu lebih sengsara daripada berdiri di bis. Karena penumpang kereta itu barang bawaannya lebih “luar biasa”, gak cuma sekedar tas aja. Cari senderan kursi pas berdiri juga sulit untuk dapetin posisi PeWe. Kita cuma bisa berharap, di tengah jalan ada penumpang turun jadi kita cepet2 dudukin kursinya. Pokoknya kalo keinget masa2 penuh perjuangan itu, rasanya bersyukur banget deh naik kereta jaman sekarang.
Jadi, apa aja bedanya kereta api ekonomi dulu sama sekarang?
1. Pembelian Tiket Kereta Api
DULU
– Tiket KA ekonomi jarak dekat hanya bisa dibeli pada hari H
– Jumlah pembelian tidak dibatasi, cukup bayar langsung dapat tiket
– Tiket semua penumpang sama, tidak tertera no kursi dll
SEKARANG
– Tiket KA ekonomi jarak dekat bisa dibeli sampai H-7
– Jumlah tiket terbatas, pembelian harus menunjukkan KTP. Jika membeli tiket untuk orang lain, harus membawa KTP orang tsb (atau no KTP-nya saja)
– Tiket setiap penumpang berbeda, tertera nama penumpang, no KTP, dan no tempat duduk
2. Proses Masuk Stasiun dan Kereta Api
DULU
– Semua orang bisa masuk stasiun. Jika bukan penumpang (hanya pengantar), bisa masuk dengan membayar tiket peron.
– Sebelum masuk stasiun tiket penumpang hanya dilihat saja (bawa tiket apa enggak).
– Saat kereta datang, penumpang berebutan masuk, tidak memberi kesempatan penumpang di dalam turun dulu, berdesak2an nggak karuan.
SEKARANG
– Hanya penumpang bertiket saja yang boleh masuk stasiun, pengantar dll dilarang masuk.
– Sebelum masuk stasiun tiket penumpang dicocokkan dengan KTP (jadi harus tunjukkan KTPmu juga). Jika nama di tiket dan KTP berbeda tidak boleh masuk stasiun.
– Saat kereta datang, sudah ada petugas2 stasiun yang mengomando, membantu penumpang mencari gerbong dan tempat duduk yang sesuai dengan tiketnya. Penumpang turun dan naik dengan tertib tanpa berjubelan.
FYI, in case kamu nggak dapat nomor kursi, maka di tiketmu akan ada tulisan “tanpa tempat duduk”. Ini bukan berarti kamu dapat tiket berdiri, tapi kamu bisa duduk di gerbong makan (paling depan setelah lokomotif) atau gerbong paling belakang yang memang dikhususkan untuk penumpang bertiket “tanpa tempat duduk”. Jadi intinya, sekarang kamu naik kereta ekonomi pasti dapat tempat duduk, gak perlu berdiri.
3. Fasilitas Kereta Api
DULU
– Kereta panaaasss
– Kereta kotooorrr
– Pedagang asongan, pengemis, pengamen luar biasa banyaknya
SEKARANG
– Kereta adeeemmm, kan udah ada AC-nya 😀
– Kereta bersih. Ada petugas khusus yang memang tugasnya menyapu gerbong.
– Ada stop kontak untuk nyolokin charger! Tempatnya di pinggir jendela.
– Pedagang asongan dll terbatas dalam 1 paguyuban resmi. “Restoran” kereta api juga “masak” dan jualan keliling dalam gerbong, produknya pop mie dan es teh/jeruk.
4. Jadwal dan Jenis Kereta Api
DULU
– Kereta api suka molor jadwalnya
–Â KA Malang-Surabaya cuma ada 1 jenis, yaitu Penataran ekonomi
SEKARANG
– Kereta api masih suka molor jadwalnya…haha. Terutama yang jadwal malam. Kalau yang paling pagi pasti tepat waktu. Semakin malam semakin molor (soalnya telatnya terakumulasi). Kalau mau tepat waktu, bisa pilih kereta bisnis/eksekutif.
– KA Malang-Surabaya ada 3 jenis, yaitu Penataran ekonomi, Penataran express (bisnis), dan Bima eksekutif. Sebagai perbandingan, harga tiket ekonomi Rp 5.500, express Rp 25.000, eksekutif Rp 30.000. Waktu tempuh ekonomi sekitar 3 jam, express dan eksekutif cuma 2 jam. Soalnya, KA ekonomi berhenti di semua stasiun sepanjang Malang-Surabaya, dan juga harus mengalah/ menunggu jika ada kereta bisnis/eksekutif lewat. Sedangkan KA express tidak berhenti sama sekali mulai stasiun Sidoarjo sampai Lawang, jadi bablasss blass.
Nah demikian sekilas ulasan tentang peningkatan layanan kereta api. Memang patut diacungi jempol deh usaha Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan ini. Sejak beliau menjabat, alhamdulillah naik kereta api semakin nyaman 🙂
Saya pribadi suka naik kereta, karena kesan “perjalanan”nya lebih kerasa gitu. Tempat duduk lebih lebar, nggak kuatir macet, pemandangan bagus…lewat sawah2 dan gunung2, bisa sambil ngelamun 😛 Di kereta (ekonomi), kamu bisa ketemu berbagai macam orang dan mempelajari berbagai macam kehidupan (elah). Dan nuansa stasiun itu…hmm romantis aja gitu rasanya. Gimana yaa…Nggak tau lah pokoknya naik kereta itu enak…hahaha. Makanya ayo naik kereta yuk! 😀