Judul di atas adalah sepenggal quote yang pernah saya dengar dari Azrul Ananda, mantan CEO Jawa Pos Group yang juga “putra mahkota” kerajaan bisnis bapaknya, Dahlan Iskan. Kalimatnya menggelitik, seolah menampar kita2 para kuli keringat yang bekerja demi sesuap Hokkaido cheese tart dan selembar tiket PP keliling Eropa. Kalau gak buat cari duit, buat apa kerja?
Namun penggalan kultwit dari pekerja kreatif koh Ernest Prakasa di bawah ini nampaknya sejalan dengan prinsip Mas Azrul.
Membangun sebuah karier atas landasan “pengen dapet duit banyak” itu bukan cuma salah, tapi juga destruktif. Karena apa? Karena uang itu bukan TUJUAN, melainkan DAMPAK.
— Ernest Prakasa (@ernestprakasa) August 14, 2018
Jadi uang itu bukan TUJUAN, melainkan DAMPAK. Dampak dari apa? Dampak dari kualitas kita dong. Tujuan kita seharusnya adalah meningkatkan kualitas diri. Be very damn good at what you’re doing. The best, if possible.
— Ernest Prakasa (@ernestprakasa) August 14, 2018
Gw mau tutup sharing ini dgn nasehat dr bokap gw ketika gw baru mulai kerja. Doi blg, “Kerjain pekerjaan kamu sebaik mungkin sehingga bos kmu ngeliat kalo pekerjaan itu udah terlalu mudah buat kamu. Dgn begitu, kamu akan dikasih tanggungjawab yg lebih besar.”
— Ernest Prakasa (@ernestprakasa) August 14, 2018
Kesimpulannya apa ghaes?
Dalam bekerja, mungkin tidak jarang terbersit di pikiran kita “kerjaan kok banyak banget sih tapi gaji segitu2 aja” atau “kerjaan gue level manager tapi gaji level staff” dsb dkk yang bikin semakin malas bekerja. Memang betul, kerja nggak perlu itung-itungan. Tau hukum kekekalan energi? Energi yang masuk sama dengan energi yang keluar. Misalnya nih, kalau kita digaji 3 juta tapi yang kita kerjakan bernilai 7 juta, insya Allah 4 juta-nya akan dirupakan dalam bentuk lain (misal: kesehatan, good relationships, kecukupan dll). Tapi kalau kita digaji 7 juta sedang pekerjaan kita hanya bernilai 3 juta, maka 4 juta hasil ‘magabut’ itu akan mewujud dalam ‘kesialan’ juga seperti penyakit, masalah rumah tangga dll.
Persoalannya, bagaimana kalau kita bekerja di bidang yang ‘konon’ bukan passion kita? Well, I believe there is something higher, more dependable than just passion: habit. Passion sifatnya naik turun, saat kita lagi gak mood, ya malas juga kerja. Tapi habit itu lebih kuat, karena sudah terbentuk kebiasaan di alam bawah sadar, sehingga otomatis akan dilakukan gak peduli kita sedang mood atau tidak.
Untuk membentuk habit “kerja, kerja, kerja” seperti yang dibilang Mas Azrul, tentunya butuh kekuatan mindset di awal. Bahwa apapun yang terjadi, saya tetap harus kerja maksimal (bukan berlebihan ya) tanpa mengharap dulu imbalan. Ya syukur2 bosnya sadar kalo kinerja excellent kita layak dihargai lebih. Kalau ternyata nggak sadar2 sementara kita udah bertahun2 kerja maksimal? Well, pastinya sudah disiapkan kesempatan lebih baik bagi kita di luar sana. Karena saya percaya, hasil enggak akan mengkhianati proses. Nggak selalu hasilnya itu direct dari proses yang kita kerjakan…bisa jadi hasilnya datang dari arah tak disangka-sangka, rejeki dari Tuhan untuk kita yang tak pernah lelah berusaha… 🙂