Meskipun sudah menikah dan punya anak, saat ini saya masih mengontrak rumah. Suami saya anti-riba, gak mau KPR, pantang beli rumah kalau dana tunai-nya belum cukup. Saya pun bukan orang yang suka punya utang, kalau bisa bayar tunai kenapa harus nyicil? Bikin tidur gak tenang. Tapi kalau soal KPR saya gak anti-anti banget sih, karena bagi saya rumah adalah investasi, jadi itungannya kredit produktif.
Sebelum menikah saya sempat ambil KPR sebuah rumah di Malang. Waktu itu tujuannya supaya penghasilan saya ‘nyantol’ aja sih…gak habis buat hura2 di ibukota. Namun setelah follow @jouska_id, akun finansial hits idola para milenial, saya tersadar bahwa kredit rumah ternyata bisa cukup ‘kejam’ menguras dompet.
Cicilan pada tahun2 pertama itu ternyata komposisi bunga-nya sekita 70%…hanya 30% saja yang mengurangi pokok. Misalnya nih jumlah cicilan 1 tahun itu 72 juta, maka sekitar 48 juta dialokasikan untuk bayar bunga, hanya 24 juta saja yang mengurangi pokok utang. Means tiap tahun buang2 duit 48 juta, yang bisa aja dipakai mengontrak rumah yang lebih bagus dari rumah KPR-mu.
Ditambah lagi, cicilan fix itu biasanya hanya berlaku pada 2-3 tahun pertama. Pada kasus saya, 3 tahun pertama dapat bunga fix 8%, setelah itu bunga akan floating ikut rate BI (sekitar 13%), yang berarti jumlah cicilan bertambah, dan bisa berubah2 tiap tahun tergantung kondisi pasar. Ngeri-ngeri sedap yak. Apalagi kalau nyicilnya sampe 15 tahun…kebayang gak sih hidup kayak gak tenang gitu ^^;
Tapi…tapi kan harga rumah naik terus, bisa mengkompensasi bunga-nya dong? Oww oww… belum tentu Kak. Tergantung lokasi dan kondisi pasar. Kalaupun naik, belum tentu tingkat kenaikannya lebih tinggi dari suku bunga pasar yang 13% itu. Belum lagi biaya pajak, biaya KPR, biaya pemeliharaan dll yang muncul sebagai pemilik rumah.
Bagi yang tempat kerjanya rawan pindah2… (seperti saya dan suami) bisa juga kejadian abis beli rumah tiba2 dimutasi keluar kota…nah loh tambah repot kan :’))

Lalu bagaimana solusinya supaya bisa beli rumah cash?
Jangan tanya saya hehe… saya pun gak tau karena masih usaha (tanpa campur tangan ortu yaa apalagi jual warisan wkwkwk gak tanya sih kalo itu).
Tapi dari cerita pengalaman orang2 dan baca2 artikel, mungkin inilah solusinya:
1. Nabung saham
Ini solusi yang banyak disarankan di artikel2 finansial dan juga oleh @jouska_id. Pertimbangannya, return investasi saham rata2 jauh lebih tinggi daripada rata2 kenaikan harga rumah. Misal rata2 kenaikan harga rumah 5% per tahun, sedangkan return saham 12% per tahun, kan tetep bisa ‘ngejar’ beli rumah cash yak. Dan selisihnya pun masih banyak…bisa buat sewa rumah dan investasi lagi. Cuma opsi ini tetep gak bisa dipake sama kamu2 yang memang menghindari kredit karena riba yaa…kecuali kalau investasi di saham/obligasi syariah. Dan tetep juga, investasi saham itu mengandung potensi kerugian lho.
2. Nabung tanah/emas Solusi ini yang paling aman dipakai karena selain bebas riba, risiko kerugiannya paling kecil…hampir gak ada sih. Investasinya berupa aset riil. Jadi misalnya dapat rejeki tambahan, bonus atau apalah, langsung dibelikan emas atau tanah, supaya duitnya ‘diem’ dan sulit dicairkan (jadi gak bisa diambil sewaktu2 khilaf gitu loh gaes). Kekurangannya mungkin, kenaikan haga gak terlalu dahsyat yah. Kalau mau agak cepet mending beli tanah daripada emas sih. Yaa beli lah sepotong-potong aja, kavlingan beberapa meter lah, yang di daerah baru2 gitu. Beli 30 juta, 50 juta, 100 juta…nyebar di mana2. Setelah 10 atau 20 tahun, mana tau tanah2nya dikumpulin dijual semua bisa dapat rumah 10 M kan :))
- 3. Cari beasiswa di luar negeri Cara ini terbukti ampuh dan kejadian di beberapa teman saya. Bahkan bapak saya dulu juga berhasil beli rumah dengan cara ini. Intinya carilah provider full scholarship yang ngasih uang saku-nya dalam bentuk mata uang asing (USD/EUr/GBP/JPY/dll). Kalo bisa yang masa kuliahnya lama (3 tahun ke atas). Nah dalam masa itu tekunlah Anda belajar, jangan sering2 jajan atau jalan2…pas pulang ke tanah air dijamin tabungan dolar/euro/pounds Anda melimpah! Langsung aja ke money changer dan sodorin tuh duit segepok ke developer…rumah idaman langsung di tangan…Mantap!
Sumber bacaan:
https://bolasalju.com/artikel/mengontrak-rumah-bakar-uang/
https://www.finansialku.com/ini-pertimbangan-mengapa-banyak-orang-lebih-memilih-sewa-rumah-daripada-beli-rumah/
https://www.moneysmart.id/hadapi-4-situasi-ini-sewa-bisa-jadi-pilihan-terbaik-ketimbang-beli-rumah/
https://www.liputan6.com/bisnis/read/2927647/hadapi-situasi-ini-mengontrak-lebih-baik-ketimbang-beli-rumah
Numpang share..
Diluar masalah fiqih,sebenarnya persepsi kontrak rumah itu buang2 uang dan kredit rumah itu investasi, menurut saya adalah hal keliru.
Contoh: ambil KPR harga 600jt, dp 15% 90jt, tanggungan 510jt dicicil 5th + bunga, tanggungan cicilan per bulannya kena sekitar 11jt. Ini belum biaya-biaya tambahan di awal yg muncul saat pengajuan KPR.
Jika skrg saya punya uang 90jt, dan sebulan bisa menyisihkan uang 11jt selama 5tahun (jika ditabung total 660jt) saya memilih cari kontrakan 10jt per tahun selama 5 tahun dan 5tahun lagi saya bisa beli rumah 600jt di atas sekalipun mungkin harganya bakal naik jadi 700jt (pertumbuhan property 4-5%, bandingkan dg bunga kpr :p ).
Ini jika uang 11jt per bulan saya diamkan saja di tabungan bawah bantal. Tentunya bakal merupakan investasi yg jauh lebih menguntungkan jika saya bisa memutar modal yg terus bertambah 11jt tiap bulan tsb sebagai modal usaha. Belum pula penghematan krn terhindar dari biaya tahunan memiliki rumah (pajak, perbaikan, dll)
So, masih berpikir KPR investasi yg menguntungkan?
Menguntungkan sih buat Bank :p