Tujuh April Dua Ribu Dua Empat. Tepat setahun yang lalu perut Ibu dirobek lagi untuk kedua kalinya. Kali ini tanpa menunggu tanda2 pembukaan… Yang penting kamu bisa keluar sebelum Lebaran.

Ajaibnya, semua terasa sekejap mata. Saat kakakmu lahir dulu, setiap bulannya bagaikan lembaran baru. Dua belas bulan pertama kehidupan kakakmu terangkum rinci dalam memori ponsel dan media sosial Ibu. Tapi denganmu, rasanya tiap milestone berlalu begitu saja. Entah karena Ibu sibuk bekerja atau pengasuhmu terlalu handal sehingga Ibu tak perlu banyak campur tangan.
Mungkin itu sebabnya kamu ngotot minta jatah perhatian. Saat Ibumu bisa libur Lebaran hampir tiga pekan, kamu sandera Ibumu ini dengan tangisan dan rengekan. Kamu tolak semua gendongan dari para Uti, Kung, Tante dan Om… yang kamu mau cuma Ibu Ibu Ibu saja. Kadang bolehlah bersama Ayah. Tapi tetap tanpa Ibu kamu jejeritan seperti ditinggal minggat. Sungguh cerdik kamu meminta hak sebagai anak. Maafkan Ibu yang kerap mengabaikanmu saat hari kerja… dan meninggalkanmu di rumah saat jalan2 akhir pekan… Kini benar2 Ibu harus membawamu ke mana2… Barulah Ibu sadar ternyata anak wedokku sudah bertumbuh sejauh ini yaa… 🥹
Di hari ulang tahunmu ini Ibu mencoba memberikan kado spesial… A Letter to My Daughter: sebuah rubrik blog yang rencananya akan Ibu terbitkan pada tanggal tujuh setiap bulan. Isinya obrolan2 ringan seputar perempuan… Hal2 yang nanti akan kita diskusikan dalam perjalanan panjangmu from a little girl to be a mature woman. Hal2 yang Ibu pelajari selama bertumbuh dewasa… Hal2 yang Ibu banggakan dan hal2 yang Ibu sesali… hal2 yang Ibu ingin kamu pahami sebelum membuat keputusan2 besar dalam hidupmu nanti.
Ketahuilah, menjadi perempuan tidak pernah mudah. Namun saat kamu terlatih menggunakan semua potensimu, mengambil pilihan2 yang tepat untukmu… Kamu akan sangat bersyukur terlahir sebagai seorang perempuan. Ibu harap tulisan2 ini bisa menjadi panduan pemikiran untukmu anak gadisku… dan juga perempuan2 lain yang ingin menemukan jati dirinya…